siberinvedtigasi.com ~ Makassar_Dalam suasana politik yang kian memanas, salah satu tokoh nasional melontarkan pernyataan yang cukup menarik perhatian publik. Alih-alih menggunakan retorika tajam, ia memilih pendekatan yang lebih santai namun penuh makna. Dalam pidatonya, tokoh ini menyampaikan sindiran halus yang berhasil mengundang senyuman sekaligus renungan dari para pendengarnya. Pesannya sederhana namun menusuk: "Kita ini senang membangun jembatan, tapi jangan lupa, siapa yang sibuk menggali parit di sekitarnya."
Pernyataan ini dinilai sebagai respons terhadap sejumlah dinamika politik belakangan ini, termasuk isu koalisi yang retak dan saling tuding di antara partai-partai besar. Sindiran tersebut dianggap sebagai ajakan untuk kembali pada nilai-nilai kerja sama ketimbang saling menjatuhkan. Namun, tokoh tersebut tidak menyebut nama secara langsung, membuat audiens bertanya-tanya siapa yang menjadi sasaran pesannya.
Pendekatan retorika yang santai ini mendapat pujian dari berbagai pihak. Sejumlah pengamat politik menilai cara tersebut efektif untuk menyampaikan kritik tanpa menimbulkan konflik yang lebih besar. "Sindiran seperti ini menunjukkan kecerdasan komunikasi politik, mengundang orang untuk berpikir tanpa merasa diserang secara langsung," ujar seorang analis politik terkemuka.
Namun, tidak semua pihak merasa nyaman. Beberapa tokoh yang diduga menjadi target sindiran memilih untuk merespons secara halus pula, menyebut bahwa kritik tersebut tidak relevan dengan kenyataan. Meski demikian, respons mereka justru semakin memperkuat dugaan bahwa sindiran itu memang ditujukan kepada mereka.
Di tengah riuhnya panggung politik, langkah ini menunjukkan bahwa seni berkomunikasi masih memiliki tempat penting. Dengan sindiran halus yang penuh makna, pesan-pesan kritis bisa tetap disampaikan tanpa memicu konflik yang tidak perlu. Publik kini hanya menanti, apakah gaya ini akan menjadi tren baru dalam komunikasi politik ke depan. (Red)
-Besambung-
www.siberinvestigasi.com
Social Header